Friday, December 28, 2007

Indonesia Dilanda Bencana


Rabu, 26 Desember 2007, 18:59 WIB
SEJUMLAH DAERAH DILANDA BENCANA ALAM SAAT PERINGATAN TIGA TAHUN TSUNAMI

Jakarta--RRI-Online, Tepat di hari peringatan tiga tahun musibah gelombang tsunami, Rabu (26/12), bencana alam berupa banjir, gelombang pasang, dan tanah longsor, menerjang sejumlah daerah di Indonesia.
Laporan yang dihimpun dari berbagai daerah, Rabu (26/12), terlihat bahwa alam
sedang tidak bersahabat, meskipun dampaknya belum separah ketika terjadi tsunami di Aceh tiga tahun silam.
Daerah yang dilanda bencana alam banjir atau tanah longsor antara lain Karanganyar, Solo, Pekalongan (Jateng), Malang, Madiun, Trenggalek, Magetan (Jatim), Pesisir Selatan, kota Padang (Sumbar), dan daerah-daerah lainnya.

Total jumlah korban jiwa hingga berita ini diturunkan masih belum dapat dipastikan. Namun dari laporan sementara dikhawatirkan bisa mencapai ratusan orang.

Di Karanganyar, bencana alam tanah longsor terjadi di kecamatan Tawangmangu pada Rabu (26/12) dini hari. Hingga berita ini diturunkan, tercatat 71 orang tewas tertimbun tanah longsor. Korban tewas di sembilan lokasi yaitu di Jatiyoso 10 orang, Dukuh Ledoksari, Tawangmangu 37 orang, Ngargoyoso dua orang, Kerjo lima orang, Jenawi tiga orang, Jumapolo delapan orang Jaten seorang dan Karanganyar Kota dua orang. Sejumlah titik bencana tersebut memang merupakan daerah yang rawan terhadap longsor karena lokasinya di daerah perbukit
an.
Di Provinsi Jawa Tengah, bencana alam para Rabu ini bukan hanya terjadi Karanganyar, namun juga di kawasan lainnya seperti Solo, Pekalongan. Meluapnya sungai Bengawan Solo mengakibatkan meluap ribuan rumah di Solo dan di daerah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Sragen terendam air.




Di Jawa Timur, hujan deras yang turun sejak Selasa malam selah mengakibatkan banjir di sejumlah kota. Sekitar 111 rumah warga di lima kelurahan terendam air luap
an Sungai Amprong. Kelurahan tersebut masing-masing Kelurahan Madyopuro, Lesanpuro, Kedung Kandang, Mergosono dan Kelurahan Kota Lama.
Salah seorang warga kelurahan Madyopuro Kota Malang, Sumardi, Rabu mengatakan, air yang masuk kerumahnya sejak pukul 23.00 WIB (Selasa,25/12), setelah itu surut. Namun pada Rabu dinihari pukul 04.30 WIB Sungai Amprong kembali meluap bahkan lebih besar.

"Rumah saya tinggal kelihatan atapnya saja. Saat banjir datang saya langsung lari menyelamatkan anak dan istri tanpa memikirkan isi rumah. Sehingga seluruh isi rumah hanyut dibawa air," katanya sambil menangis.

Banjir besar juga melanda kota Madiun sehingga kegiatan di kota tersebut hari Rabu lumpuh karena sebagian besar permukiman dan prasarana umum terendam air. Lalu lintas Kota Madium lumpuh, sementara jalur jalan masuk dan keluar kota tersebut juga terhambat.

Banjir di Madiun juga telah melumpuhkan 1.050 Satuan Sambungan Telepon (SST) dan 110 Satuan Sambungan Speedy (SSS).

Communication Manager Telkom Jatim, Djadi Soegiarto, di Surabaya, Rabu, memperkirakan, untuk menormalkan kembali saluran telepon dan Speedy yang lumpuh tersebut, dibutuhkan waktu sekitar dua hari. Kota-kota lainnya di Jatim yang dierjang banjir antara lain Ponorogo, Trenggalek, Ngawi, dan Pacitan.
Jumlah korban jiwa masih belum dipastikan, karena tim SAR tengah melakukan percarian dan pertolongan terhadap orang-oran gyang terjbat bencana banjir tersebut. Menurut informasi dari Ngawi, dilaporkan bahwa satu keluarga yaitu Sutrisno beserta istri dan dua anaknya tewas terkena longsor.

Di kabupaten itu, delapan kecamatan, yakni kecamatan Geneng, Karangjati, Padas, Kaseman, Ngawi, Paron, Mantingan dan Kwadungan. terendam banjir setinggi satu meter, akibat hujan deras yang menguyur sejak Selasa (25/12) hingga Rabu (26/12) pagi ini.
Peristiwa menyedihkan lainnya terjadi di Kabupaten Magetan, tepatnya di Desa Semen, Kecamatan Nguntorongadi, dimana sekitar 20 warga Magetan dinyatakan hilang hanyut terbawa air sungai setelah sebuah jembatan roboh.

Kasi Ketahanan dan Ketertiban (Tantib), Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kabupaten Magetan, Sudaryo, Rabu, di Magetan mengatakan kejadian tersebut berawal dari sejumlah warga yang melihat meluapnya air sungai di atas jembatan Damjati.

"Saat melihat air sungai meluap, tiba-tiba jembatan tersebut ambrol (runtuh, red) sehingga sejumlah warga jatuh ke dalam sungai dan terseret arus air," katanya.
Menurut dia, para warga beserta belasan sepeda motor miliknya yang juga ikut hanyut terbawa arus air sungai tersebut hingga saat ini belum ditemukan.
Di Sumatera Barat, banjir besar terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan. Lebih dari 5000 rumah terendam banjir hingga ketingian dua meter. Banjir tersebut akibat meluapnya sejumlah sungai yakni, Sungai Batang Tarusan, Batang Lumpo, dan Sungai Batang Kapas.

Akibatnya aktifitas di kawasan yang terendam banjir tersebut praktis lumpuh. Sejumlah desa hingga Rabu masih terisolasi. Beberapa hari sebelumnya warga di Pesisir Selatan sempat dicemaskan oleh isu datangnya bencana tsunami dan gempa besar. Ternyata mereka memang dilanda bencana, namun bukan tsunami tapi banjir.
Di ibukota Sumbar, Padang, yang berada di tepi Samudera Hindia, sejumlah permukinan terendam air akibat hujan dan gelombang pasang laut. Kecamatan Koto Tangah merupakan daerah terparah terkena banjir di kota Padang. Sebanyak 30 rumah di kecamatan tersebut dihantam gelombang pasang.

Di daerah lainnya, cuaca yang tidak bersahabat telah mengganggu transportasi di laut maupun sungai. Di Kalteng, Kapal Motor (KM) Karya Maju yang membawa penumpang sebanyak 20 orang, Rabu sekitar pukul 11:00 WIB, tenggelam di perairan Kuala Kapuas kabupaten Kapuas akibat dihantam ombak besar.
Beruntung peristiwa tersebut tidak jauh dari pelabuhan Kuala Kapuas sehingga penyelamatan dapat dilakukan. Dua orang masih dalam pecariran sedangkan 18 lainnya semata.

Dampak Ekonomi Selain jatuhnya korban Jiwa, bencana yang terjadi sepanjang Rabu ini dipastikan berdampak para perekonomian rakyat. Total puluhan ribuan hektare sawah di berbagai daerah terendam banjir. Misalnya yang terjadi di Madiun dan Padang. Para petani kini cemas mereka akan gagal panen.

Bagi warga pesisir yang sebagian besar sebagai nelayan, cuaca yang tidak bersahabat menyebabkan mereka tidak berani melaut.
"Saya sudah dua pekan tidak melaut karena cuaca tidak memungkinkan," katanya Murja`i (49) nelayan warga Desa Camplong, Sampang Madura .

Ia mengaku pernah memaksakan diri untuk melaut, tapi tidak mendapatkan ikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga merugi, sementara ketinggian ombak mencapai 1,5 meter.
Di kecamatan tersebut, sebagian besar nelayan memilih untuk tidak melaut karena risiko bahaya dan juga hasil tangkapan sangat minim saat ini.
Di Riau, banyaknya nelayan yang memilih tidak melaut dalam dua pekan terakhir ini, akibat gelombang besar, menyebabkan harga ikan melambung. Misalnya yang dijajakan di perumahan-perumahan kota Pekanbaru, harga ikan tenggiri naik dari Rp24.000/Kg menjadi Rp32.000/Kg, dan tongkol dari Rp20.000/Kg menjadi Rp30.000/Kg.

Cuaca buruk juga menyebabkan sejumlah perjalanan, khususnya pelayaran di laut, terganggu. Misalnya pelayaran kapal penumbang rute Batulicin (Kalsel) - Surabaya yang sementara harus menunda keberangkatannya, sementara KM Pertiwi yang sedang berlayar dari Samarinda menuju Jakarta nyaris tenggelam di perairan Rembang, laut Jawa. Namun untuk penyeberangan Selat Sunda dan Selat Bali, pengoperasian kapal feri masih tetap normal.