Tuesday, August 5, 2008

Daftar 25 Pejabat Negara Terkaya di Indonesia



25 PEJABAT NEGARA TERKAYA
1 Aburizal Bakrie Menteri Koord. Kesra = Rp. 994,349,061,983 Thn 2005
2 Muhammad Jusuf Kalla Wakil Presiden = Rp. 134,265,037,046 Thn 2005
3 Fahmi Idris Menteri Perindustrian = Rp. 85,279,605,847 Thn 2006
4 Meutia Hatta S. Meneg. Pbdy. Perempuan = Rp. 38,459,989,300 Thn 2004
5 Agung Laksono Ketua DPR = Rp. 16,418,293,000 Thn 2001
6 Jero Wacik Menteri Kebudayaan & Pariwisata = Rp. 15,561,250,000 Thn 2004
7 Mari Elka Pangestu Menteri Perdagangan = Rp. 15,142,939,762 Thn 2004
8 Boediono Menteri Koordinator Perekonomian = Rp. 14,046,878,563 Thn 2004
9 M. Yusuf Asy’ari Meneg. Perumahan Rakyat = Rp. 13,232,400,000 Thn 2004
10 Adhyaksa Dault Meneg. Pemuda & Olahraga = Rp. 12,578,026,320 Thn 2004
11 Bambang Sudibyo Mendiknas = Rp. 12,489,646,528 Thn 2004
12 Anwar Nasution Ketua BPK = Rp. 11,968,769,205 Thn 2001
13 Sofyan Djalil Menteri Negara BUMN = Rp. 10,857,373,418 Thn 2007
14 Hatta Rajasa Menteri Sekretaris Negara = Rp. 9,727,063,000 Thn 2004
15 M Maftuh Basyuni Menteri Agama = Rp. 8,907,602,000 Thn 2004
16 Purnomo Yusgiantoro Menteri Energi & SDM = Rp. 7,623,418,134 Thn 2004
17 Sri Mulyani Menteri Keuangan = Rp. 7,376,539,461 Thn 2006


18 Paskah Suzetta Meneg./Ketua Bapenas = Rp. 6,963,214,000 Thn 2006
19 Jenderal (Pol) Sutanto Kepala POLRI = Rp. 5,931,696,900 Thn 2006
20 Rachmat Witoelar Meneg.Lingkungan Hidup = Rp. 5,758,178,340 Thn 2004
21 Juwono Sudarsono Menteri Pertahanan = Rp. 5,661,800,000 Thn 2004
22 Erman Suparno Menteri Tenaga Kerja&Trans. = Rp. 5,510,185,751 Thn 2006
23 Hassan Wirajuda Menteri Luar Negeri = Rp. 5,101,987,654 Thn 2004
24 Siti Fadilah Supari Menteri Kesehatan = Rp. 4,738,300,000 Thn 2004
25 Susilo Bambang Yudhoyono Presiden 4,652,069,796 Thn 2004

25 GUBERNUR TERKAYA
1 Rudolf Mazvoka Pardede Gubernur Sumut = Rp. 298,740,200,000 Thn 2001
2 Fadel Muhammad Gubernur Provinsi Gorontalo = Rp. 149,752,933,448 Thn 2002
3 Zulkifli Gubernur Provinsi Jambi = Rp. 58,888,946,621 Thn 2004
4 Fauzi Bowo Gubernur Provinsi DKI Jakarta = Rp. 33,801,168,988 Thn 2006
5 Anwar Adnan Saleh Gubernur Sulawesi Barat = Rp. 30,287,981,975 Thn 2002
6 Sri Sultan Hamengkubuwono X Gubernur DIY= Rp. 20,184,763,982 Thn 2001
7 Ratu Atut Chosiyah Gubernur Banten = Rp. 17,810,707,822 Thn 2002
8 Agusrin Nadzamudin Gubernur Bengkulu = Rp. 12,350,448,400 Thn 2005
9 Agustin Teras Narang Gubernur Kalteng = Rp. 9,427,930,752 Thn 2004
10 Imam Utomo S Gubernur Jawa Timur = Rp. 6,616,092,638 Thn 2001
11 Danny Setiawan Gubernur Jawa Barat = Rp. 4,432,340,226 Thn 2001
12 Syahrial Oesman Gubernur Sumatera Selatan = Rp. 3,758,042,878 Thn 2005
13 Ismeth Abdullah Gubernur Kepulauan Riau = Rp. 3,697,058,000 Thn 2005
14 Karel Albert Ralahalu Gubernur Maluku = Rp. 3,511,005,232 Thn 2004
15 Piet Alexander Tallo Gubernur NTT = Rp. 3,306,801,297 Thn 2005
16 Rudi Arifin Gubernur Kalimantan Selatan = Rp. 2,409,211,550 Thn 2007
17 M Rusli Zainal Gubernur Provinsi Riau = Rp. 2,365,623,114 Thn 2002
18 S. H. Sarundajang Gubernur Sulawesi Utara = Rp. 2,350,767,000 Thn 2001
19 Eko Maulana Ali Gubernur Kep. Ba-Bel = Rp. 2,299,600,000 Thn 2006
20 Suwarna A.F. Gubernur Kalimantan Timur = Rp. 2,257,243,186 Thn 2001
21 M. Amin Syam Gubernur Sulawesi Selatan = Rp. 1,775,973,000 Thn 2001
22 Sjachroedin ZP Gubernur Lampung = Rp. 1,495,500,000 Thn 2003
23 Dewa Made Beratha Gubernur Bali = Rp. 1,320,726,894 Thn 2001
24 Lalu Serinata Gubernur NTB = Rp. 740,224,387 Thn 2002
25 Gamawan Fauzi Gubernur Sumatera Barat = Rp. 667,140,890 Thn 2001

25 BUPATI TERKAYA
1 Rina Iriani S. R. Bupati Karanganyar = Rp. 55,945,062,244 Thn 2005
2 Untung Sarono W Sukarno Bupati Sragen = Rp. 33,474,528,000 Thn 2002
3 Begug Poernomosidi Bupati Wonogiri = Rp. 28,780,000,000 Thn 2005
4 Ujang Iskandar Bupati Kotawaringin Barat = Rp. 21,789,880,000 Thn 2005
5 I Wayan Geredeg Bupati Karang Asem = Rp. 19,388,721,000 Thn 2005
6 Probo Yulastoro Bupati Cilacap = Rp. 16,082,077,852 Thn 2006
7 Monang Sitorus Bupati Samosir = Rp. 14,181,360,308 Thn 2005
8 Masfuk Bupati Lamongan = Rp. 11,200,711,889 Thn 2005
9 Endang Setyaningdyah Bupati Demak = Rp. 10,830,604,216 Thn 2005
10 Syaukani HR Bupati Kutai Kartanegara = Rp. 10,304,683,430 Thn 2004
11 Putu Bagiada Bupati Buleleng = Rp. 10,212,680,000 Thn 2006
12 AA. Sampurna Jaya Bupati Lampung Tengah = Rp. 10,076,500,000 Thn 2005
13 Sutrisno Bupati Pacitan = Rp. 10,040,249,782 Thn 2002
14 RM Luntungan Bupati Minahasa Selatan = Rp. 8,810,000,000 Thn 2005
15 Zulkifli Anwar Bupati Lampung Selatan = Rp. 8,481,877,000 Thn 2005
16 Basuki Tjahaja Purnama Bupati Belitung Timur = Rp. 8,365,669,968 Thn 2005
17 Ongku P Hasibuan Bupati Tapanuli Selatan = Rp. 8,222,024,000 Thn 2005
18 Abdullah Tuasikal Bupati Maluku Tengah = Rp. 8,180,050,712 Thn 2006
19 Aang Hamid Suganda Bupati Kuningan = Rp. 7,437,194,454 Thn 2005
20 Robbach Ma’sum Bupati Gresik = Rp. 6,756,637,188 Thn 2005
21 Ferry Zulkarnain Bupati Bima = Rp. 6,542,500,000 Thn 2004
22 Wahyudi K Anwar Bupati Kotawaringin Timur = Rp. 6,525,301,577 Thn 2005
23 Ratna Ani Lestari Bupati Banyuwangi = Rp. 6,020,500,000 Thn 2003
24 A. Dimyati Natakusumah Bupati Pandeglang = Rp. 5,966,675,000 Thn 2002
25 Zulfikar Achmad Bupati Bungo = Rp. 5,865,101,600 Thn 2003

25 WALIKOTA TERKAYA
1 Sukawi Sutarip Walikota Semarang = Rp. 39,300,213,246 Thn 2005
2 Herry Zudianto Walikota Yogyakarta = Rp. 18,000,964,573 Thn 2003
3 Joko Widodo Walikota Surakarta = Rp. 9,829,421,400 Thn 2005
4 Rachman Djalili Walikota Prabumulih = Rp. 8,336,041,877 Thn 2005
5 Sofyan Hasdam Walikota Bontang = Rp. 7,808,866,349 Thn 2005
6 Rudy Resnawan Walikota Banjar Baru = Rp. 7,698,218,221 Thn 2005
7 Abdillah Walikota Medan = Rp. 7,513,608,000 Thn 2005
8 Herman Abdullah Walikota Pekan Baru = Rp. 6,677,423,789 Thn 2005
9 Aat Syafa’at Walikota Cilegon = Rp. 5,934,956,835 Thn 2005
10 Sutrisno Hadi Walikota Tanjung Balai = Rp. 5,820,789,178 Thn 2005
11 M Ali Umri Walikota Binjai = Rp. 4,655,402,291 Thn 2002
12 A Dadang Kafrawi Walikota Jakarta Selatan = Rp. 4,363,306,373 Thn 2005
13 Medi Botutihe Walikota Gorontalo = Rp. 4,108,761,533 Thn 2001
14 Fajar Panjahitan Walikota Jakarta Barat = Rp. 3,929,610,559 Thn 2005
15 M Effendi Anas Walikota Jakarta Utara = Rp. 3,913,579,707 Thn 2005
16 M Itoc Tochija Walikota Cimahi = Rp. 3,216,350,000 Thn 2006
17 Abdul Hafiz Hasibuan Walikota Tebing Tinggi = Rp. 2,809,590,000 Thn 2005
18 Imdaad Hamid Walikota Balikpapan = Rp. 2,800,352,783 Thn 2006
19 Mansyur M Abunawas Walikota Kendari = Rp. 2,541,777,000 Thn 2001
20 J.A Jumame Walikota Sorong = Rp. 2,502,907,024 Thn 2003
21 Awang Ishak Walikota Singkawang = Rp. 2,502,502,288 Thn 2003
22 Andi P Tenriadjeng Walikota Palopo = Rp. 2,460,803,952 Thn 2003
23 Arifin Manap Walikota Jambi = Rp. 2,429,565,192 Thn 2002
24 Kusnan Walikota Jakarta Timur = Rp. 2,288,144,588 Thn 2005
25 Buchary Abdurahman Walikota Pontianak = Rp. 2,251,196,000 Thn 2002

Sumber: Dokumen Tambahan Berita Negara (TBN) LHKPN KPK kurun waktu 2001 – 2007

Selengkapnya......

KPU Terapkan Aturan Baru Dana Kampanye



Liputan6.com, Jakarta: Guna mempermudah audit dana liar kampanye partai politik, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menerapkan aturan baru, yakni satu parpol dengan satu rekening bank. Peraturan itu dimaksudkan untuk mencegah ajang pencucian uang.

Memang selama ini pencatatan dana kampanye kurang maksimal karena parpol memiliki lebih dari satu rekening. KPU pun berjanji akan menjatuhkan sanksi bagi partai yang melanggar peraturan.

Dalam mengumpulkan dana kampanye, parpol sangat bergantung kepada pengusaha dan sumbangan-sumbangan. Ironisnya, jumlah sumbangan yang diterima sangat banyak. "Sebenarnya, yang penting dari sumbangan yang tidak mengikat. Kalau tidak ada donasi dari pengusaha dari mana parpol punya duit," kata Rully Chaerul Azwar, Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Kamis (31/7).


Sejauh ini baru tiga parpol yang menyerahkan laporan rekening saldo awal, yaitu Partai Keadilan Sejahtera, Partai Golkar, dan Partai Hati Nurani Rakyat. Publik berharap semua partai transparan dalam menjelaskan dana kampanye. Sebab cita-cita luhur parpol berawal dari sumber yang baik dan jelas.(DWI/Tim Liputan 6 SCTV)


Selengkapnya......

Thursday, June 26, 2008

Profil Indonesia


DASAR NEGARA

Pancasila adalah filosofi dasar negara Indonesia yang berasal dari dua kata sansekerta, “panca” artinya lima, dan “sila” artinya dasar. Pancasila terdiri atas lima dasar yang berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, adalah :

1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Indonesia merupakan negara demokrasi yang dalam pemerintahannya menganut sistem presidensiil, dan Pancasila ini merupakan jiwa dari demokrasi. Demokrasi yang didasarkan atas lima dasar tersebut dinamakan Demokrasi Pancasila. Dasar negara ini, dinyatakan oleh Presiden Soekarno (Presiden Indonesia yang pertama) dalam Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.


POSISI GEOGRAFIS





























































Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi.

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia menjadi1.9 juta mil persegi,

Lima pulau besar di Indonesia adalah : Sumatera dengan luas 473.606 km persegi, Jawa dengan luas 132.107 km persegi, Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia) dengan luas 539.460 km persegi, Sulawesi dengan luas 189.216 km persegi, dan Papua dengan luas 421.981 km persegi.

SEJARAH GEOLOGI

Pulau-pulau Indonesia terbentuk pada jaman Miocene (12 juta tahun sebelum masehi); Palaeocene ( 70 juta tahun sebelum masehi); Eocene (30 juta tahun sebelum masehi); Oligacene (25 juta tahun sebelum masehi). Sehubungan dengan datangnya orang-orang dari tanah daratan Asia maka Indonesia dipercaya sudah ada pada jaman Pleistocene (4 juta tahun sebelum masehi). Pulau-pulau terbentuk sepanjang garis yang berpengaruh kuat antara perubahan lempengan tektonik Australia dan Pasifik. Lempengan Australia berubah lambat naik kedalam jalan kecil lempeng Pasifik, yang bergerak ke selatan, dan antara garis-garis ini terbentanglah pulau-pulau Indonesia.

Ini membuat Indonesia sebagai salah satu negara yang paling banyak berubah wilayah geologinya di dunia. Pegunungan-pegunungan yang berada di pulau-pulau Indonesia terdiri lebih dari 400 gunung berapi, dimana 100 diantaranya masih aktif. Indonesia mengalami tiga kali getaran dalam sehari, gempa bumi sedikitnya satu kali dalam sehari dan sedikitnya satu kali letusan gunung berapi dalam setahun.

DEMOGRAFI

Penduduk Indonesia dapat dibagi secara garis besar dalam dua kelompok. Di bagian barat Indonesia penduduknya kebanyakan adalah suku Melayu sementara di timur adalah suku Papua, yang mempunyai akar di kepulauan Melanesia. Banyak penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda atau Batak.

Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas diantaranya adalah Etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke nusantara dengan jalur perdagangan sejak abad ke 8 SM dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 3% populasi etnis Tionghoa. Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930-an terakhir kalinya pemerintah melakukan sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan keturunannya.

Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Sisanya beragama Protestan (8,9%); Katolik (3%); Hindu (1,8%); Buddha (0,8%); dan lain-lain (0,3%).

Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu, namun bahasa resmi Indonesia, bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.

POLITIK

Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPR yang anggota-anggotanya terdiri dari wakil-wakil Partai Politik dan DPD yang anggota-anggotanya mewakili provinsi yang ada di Indonesia. Setiap daerah diwakili oleh 4 orang yang dipilih langsung oleh rakyat di daerahnya masing-masing.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga tertinggi negara. Keanggotaan MPR berubah setelah Amandeman UUD 1945 pada periode 1999-2004. Seluruh anggota MPR adalah anggota DPR ditambah anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan. Anggota MPR saat ini terdiri dari 550 anggota DPR dan 128 anggota DPD. Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik dalam masa jabatan lima tahun. Sejak 2004, MPR adalah sebuah parlemen bikameral, setelah terciptanya DPD sebagai kamar kedua.

Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidenstil sehingga para menteri bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen.

Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah Agung, termasuk pengaturan administrasi para Hakim.

PROVINSI

Indonesia saat ini memiliki 33 provinsi (termasuk 2 Daerah Istimewa (DI) dan satu Daerah Khusus Ibukota (DKI). Kedua DI tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam dan Daerah Istimewa Yogyakarta sedangkan Daerah Khusus Ibukotanya adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelum tahun 1999, Timor Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia, yang kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara Timor Leste.

Daftar Provinsi di Indonesia
Sumatra
Nanggroe Aceh Darussalam | Sumatera Utara | Sumatera Barat | Bengkulu | Riau | Kepulauan Riau | Jambi | Sumatera Selatan | Lampung | Kepulauan Bangka Belitung
Jawa
Jakarta | Jawa Barat | Banten | Jawa Tengah | DI Yogyakarta | Jawa Timur
Kalimantan
Kalimantan Barat | Kalimantan Tengah | Kalimantan Selatan | Kalimantan Timur
Nusa Tenggara
Bali | Nusa Tenggara Barat | Nusa Tenggara Timur
Sulawesi
Sulawesi Barat | Sulawesi Utara | Sulawesi Tengah | Sulawesi Selatan | Sulawesi Tenggara | Gorontalo
Kepulauan Maluku dan Papua
Maluku | Maluku Utara | Papua Barat | Papua

EKONOMI

Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu. Ekonominya kini telah lumayan stabil saat ini.

Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga dan emas. Indonesia adalah pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah dan karet.

Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara tetangganya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.

Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan korupsi yang merajalela dalam pemerintah.
Bank sentral Indonesia adalah Bank Indonesia.

SENI BUDAYA

Jenis kesenian di Indonesia banyak dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan. Tari Jawa dan Bali yang terkenal, misalnya, berisi aspek-aspek kebudayaan dan mitologi Hindu.

Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatra seperti tari Saman Meusukat dan Tari Seudati dari Nanggroe Aceh Darussalam.

Selain itu yang cukup terkenal di dunia adalah wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis. Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.

Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta, Solo, dan juga Pekalongan.

Pencak silat adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa gamelan dan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya.

Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari Sabang hingga Merauke. Musik tradisional termasuk juga keroncong Jawa dikenali oleh hampir semua rakyat Indonesia, namun yang lebih berkuasa dalam paras lagu di Indonesia yaitu seni lagu modern kemudian Dangdut. Dangdut adalah salah satu musik Indonesia yang sudah merakyat di wilayah Nusantara, yang dipadu dari unsur musik Melayu, India, dan juga musik tradisional Indonesia. Dinamakan Dangdut karena suara musik yang terdengar adalah suara 'dang' dan 'dut' dan musik Dangdut lebih dikuasai oleh suara gendang dan suling. Lagu-lagu dangdut biasanya didendangkan oleh pedangdut dengan goyangannya yang seronok dan lemah gemulai yang disesuaikan dengan tempo lagunya. Ada berbagai macam corak musik Dangdut, antara lain Dangdut Melayu, Dangdut Modern (Dangdut masa kini yang alat musiknya telah ditambah dengan alat musik modern); dan Dangdut Pesisir (Lagu dangdut tradisional Jawa, Sunda, dll). Pada tahun 70-an, dangdut lebih dikenal sebagai aliran musik orkes Melayu, yang kemudian pada awal tahun 80-an ia lebih dikenal dengan sebutan Dangdut.

Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama serta kepercayaan yang berbeda. Ada Batak, Karo, Minangkabau, Melayu di Sumatra dan sebagainya. Ada banyak agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha bahkan kini Kepercayaan Konghucu juga diakui. Namun sebagian besar masyarakat Indonesia lebih memilih Islam sebagai agamanya.

Selengkapnya......

Dilema Presiden Menaikkan Harga BBM


Jakarta (ANTARA News) - Setelah banyak pernyataan dari berbagai pihak yang meminta pemerintah segera merespon perkembangan harga minyak dunia yang terus meroket dan berdampak besar terhadap perekonomian nasional, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya menyampaikan tanggapan.

Dalam pidato selama 20 menit yang disiarkan di hampir semua televisi nasional Rabu (30/4) malam, Presiden mengakui secara jujur bahwa dirinya sedang menghadapi persoalan yang sangat berat akibat dua krisis yang melanda dunia saat ini yaitu tingginya harga minyak dan harga pangan.


Tingginya harga minyak dunia yang terus meroket hingga 120 dolar AS per barel, menurut Presiden telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap ekonomi nasional terutama akibat membengkaknya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi Rp260 triliun pada APBN Perubahan 2008 dengan asumsi harga BBM 95 dolar AS per barel dari sebelumnya Rp45 triliun pada APBN 2008.

"Besarnya subsidi BBM memberikan persoalan pada APBN 2008 dan 2009. Untuk APBN kita bekerja keras mencari solusi mempertahankannya agar tetap sehat dan bisa digunakan untuk melanjutkan pembangunan. Kita akan melihat subsidi yang layak dengan melakukan penghematan belanja departemen dan jajaran pemerintahan lain," katanya.

Pernyataan presiden itu sedikit menjawab mengenai langkah yang akan ditempuh pemerintah dalam merespon beratnya dampak kenaikan harga minyak internasional terhadap APBN.

Publik setidaknya mengetahui bahwa pemerintah akan terus berusaha mengawasi besaran subsidi BBM pada APBN yang dapat membengkak jika harga minyak dunia semakin menjulang.

Namun, keinginan masyarakat untuk mengetahui apakah pemerintah akan menaikkan harga BBM tampaknya belum bisa terjawab. Tidak ada satu katapun dalam pidato presiden yang menyinggung soal kemungkinan kenaikan harga BBM bersubsidi.

Presiden hanya memaparkan kondisi beratnya persoalan yang muncul akibat krisis harga minyak dan harga pangan yang berdampak terhadap perekonomian nasional dan meminta pengertian dan dukungan rakyat terhadap upaya-upaya pencarian solusi yang sedang ditempuh pemerintah.

"Terus terang dan jujur saya katakan bahwa masalah yang kita hadapi tidak ringan, masalah yang cukup berat dan pemerintah sedang terus berupaya mencari solusi dengan harapan bisa mengurangi beban rakyat. Saya meminta pengertian dan dukungan rakyat agar kerja keras pemerintah mendapat hasil yang baik," katanya.

Apakah permintaan pengertian dan dukungan rakyat ini bisa diartikan bahwa pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi, belum bisa dipastikan.

Sejumlah menteri kabinet seperti Menkeu Sri Mulyani dan Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta bahkan membantah kalau pemerintah sudah mempunyai rencana untuk menaikkan harga BBM.

"Belum, kita belum ada pembicaraan kenaikan. Kita masih menunggu realisasi APBN sekali lagi sampai dengan kuartal kedua," kata Paskah.

Namun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengakui kalau pemerintah sudah melakukan kajian-kajian mengenai kenaikan harga BBM bersubsidi.

Menurut Purnomo, keputusan menaikan harga BBM bersubsidi merupakan opsi terakhir dari opsi-opsi lain yang akan dilakukan pemerintah seperti penghematan konsumsi BBM. Namun ia tidak menampik, usulan kenaikan harga BBM seperti dari Kadin menjadi salah satu kajian pemerintah dalam mengatasi lonjakan subsidi BBM.

Sebelumnya Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dalam berbagai kesempatan termasuk saat bertemu dengan Presiden Yudhoyono beberapa hari lalu, mengusulkan kenaikan harga BBM bersubsidi antara 10-30 persen untuk mengurangi tekanan terhadap APBN yang dapat berdampak juga terhadap sektor dagang dan industri.

"Kami mengusulkan kalau dalam keadaan terus menerus seperti ini dengan kenaikan harga minyak secara global tidak bisa terkendali maka kami mengajukan opsi menaikkan harga BBM pada kisaran antara 10 persen hingga 30 persen," katanya.


BBM naik 28,7 persen

Dari Departemen Keuangan didapat informasi bahwa salah satu kajian pemerintah adalah menaikkan harga BBM bersubsidi rata-rata 28,7 persen pada Juni mendatang.

Kajian itu menyebutkan harga BBM jenis premium akan naik dari Rp4.500 menjadi Rp6.000 per liter, solar naik dari Rp4.300 menjadi Rp5.500 per liter, dan minyak tanah naik dari Rp2.000 menjadi Rp2.300 per liter.

Kenaikan sebesar itu, akan memberi ruang fiskal yang cukup longgar bagi APBN sebesar Rp21,491 triliun serta menambah penghematan anggaran menjadi Rp25,877 triliun.

Dari penghematan anggaran akibat kenaikan harga BBM itu, pemerintah berencana sebagian besar Rp11,5 triliun akan dialokasikan untuk pemberian program Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada 19,1 juta rumah tangga miskin (RTM) untuk periode Juni 2008-Mei 2009 sebesar Rp100.000 per masing-masing RTM.

Kenaikan harga itu, sudah memperhitungkan pertambahan laju inflasi pada 11,1 persen dan pertumbuhan ekonomi dijaga pada 6,4 persen, dengan rasio penduduk miskin menjadi 14,2 persen.

Rasio penduduk miskin 14,2 persen jauh lebih baik daripada kemungkinan 19,5 persen, jika pemerintah tidak melakukan apa-apa.

Dengan kenaikan tersebut, katanya, maka pendapatan negara dan hibah pada 2008 akan menjadi Rp936,3 triliun, sedangkan belanja negara sebesar Rp1.022,6 triliun, sehingga terjadi defisit Rp86,3 triliun atau 1,9 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto).

Pemerintah sebenarnya juga telah memperhitungkan dua opsi kebijakan lainnya, yaitu penerapan "smartcard" dan subsidi terbatas. Namun, berdasarkan perhitungan opsi kenaikan BBM lah yang paling layak dari sisi administrasi serta dampak ekonomi dan sosial.


Keputusan politik

Keputusan menaikkan harga BBM bersubsidi dinilai beberapa kalangan memang paling efektif dan tepat untuk mengatasi masalah akibat kenaikan harga minyak dunia yang semakin menggila, sebab opsi lain yang pernah dicetuskan pemerintah seperti mengurangi konsumsi BBM dengan "smartcard" dinilai akan sangat merepotkan dan berbiaya besar.

Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani menilai meski kebijakan kenaikan harga BBM tidak populis bagi masyarakat, tetapi hal itu mempunyai efek positif bagi kesinambungan perekonomian nasional.

Aviliani menjelaskan pemerintah akan sangat terbebani oleh subsidi bila tidak menaikkan harga BBM, dan berimbas pada sektor pembangunan lainnya.

"Tidak akan ada kegiatan ekonomi pada kegiatan infrastruktur. Program pengentasan kemiskinan tidak bisa dilakukan karena tidak ada anggaran yang cukup untuk itu, bila pemerintah tidak menaikkan harga BBM," katanya.

Selain itu, investor yang telah membeli dan yang tertarik akan membeli SUN dan ORI, bisa tidak percaya kepada pemerintah akan mampu membayar bila jatuh tempo pembayaran SUN dan ORI.

"Kalau investor (yang membeli SUN dan ORI) lepas, maka kita bisa krisis likuiditas," kata Aviliani.

Aviliani bisa memaklumi kemungkinan adanya penolakan dari masyarakat terhadap keputusan pemerintah menaikkan harga BBM mengingat daya beli masyarakat yang sedang tertekan akibat kenaikan berbagai harga panganan.

"Tetapi itu perlu dilakukan agar masyarakat timbul `sense of crisis` dari masalah harga minyak dunia ini," katanya.

Menteri ESDM dan Ketua Kadin sependapat bahwa keputusan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi ini berujung pada suatu keputusan politik mengingat hal ini merupakan keputusan yang sangat tidak pro-rakyat yang kehidupannya masih dan terus terpuruk pada saat ini.

Apalagi pemilu legislatif dan pemilihan presiden sudah di ambang mata. Keputusan menaikkan harga BBM tentunya akan mencoreng popularitas Presiden Yudhoyono di mata rakyat dan dapat mengurangi kesempatannya untuk kembali dipilih sebagai presiden periode mendatang.

Tetapi tidak menaikkan harga BBM dan mengatasinya dengan melakukan opsi-opsi lain yang dinilai tidak efektif tentu juga akan merugikan dan memberatkan kemampuan ekonomi nasional dalam mendorong pembangunan, yang juga dapat merusak citra kehebatan Presiden Yudhoyono dalam memimpin negara ini.

Tentu sangat berat dan menjadi pilihan yang sulit bagi Presiden Yudhoyono untuk memutuskan hal ini.

"Masalah kenaikan BBM Itu ujungnya keputusan politik. Untuk mengambil keputusan itu adalah tidak mudah," kata Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.(*)
Oleh Dody Ardiansyah

Selengkapnya......

Learning and Thinking Styles


There are approximately 127 different factors identified by researchers as contributing to "learning styles." When we talk about an individual's "learning style" we think we're all talking about the same thing. But, are we really? There is a lot of confusion about terminology and techniques because we think we're talking about the same concepts yet we're not. So, hold onto your hats for a whirlwind tour of "learning styles."

Most individuals develop a preference for one perceptual channel over another. The vast majority of individuals in our western culture prefer the "visual" channel. The second most preferred perceptual channel is auditory. Tactile (touch) and kinesthetic (body movement) are preferred perceptual channels for a small percentage of the population (sometimes labeled "learning disabled" due to the fact that schools rarely teach to their preferred learning styles). Note: "preference" in this case does not mean a conscious, willful act. It means that for whatever reason the individual is "wired" in such a way that this perceptual channel gets "preference" in the brain. The individual learns most easily via this channel.


Examples:

* Textbooks and pictures are useful and effective learning tools for individuals preferring the visual perceptual channel.
* Lectures and songs are useful and effective learning tools for individuals preferring the auditory perceptual channel.
* Tracing diagrams or using textured examples (or touching models) is useful and effective for those preferring the tactile channel.
* Pacing or dancing while learning new material is effective for individuals preferring the kinesthetic perceptual channel.

Individuals with good eyesight and preference for the visual perceptual channel will do well with textbook based instruction. Individuals with good hearing and preference for the auditory perceptual channel will do well with lecture based instruction. Thus, most K-12 teaching methods involve a combination of lecture/textbook (or other written material) since that hits about 85% of the population's preferred perceptual channels for learning.

Difficulties arise when an individual's preferred perceptual channel runs into a physical roadblock, e.g. visual problems (either focusing or problems in the eye-brain connections, some of which are easily corrected and others are not), hearing problems (again, some are correctable and some aren't), or an external situation which prevents the optimum use of the preferred perceptual style, e.g. child is required to sit still for long periods of time or a school which has eliminated textbooks in favor of discussions and lectures.

Brain researchers have studied "left hemisphere" and "right hemisphere" dominance. With the advent of MRI and PET scans they are able to study the intact, living brain to determine "where" certain types of thoughts are centered. From these studies and studies of individuals who have lost certain abilities due to head injury or stroke the researchers have formed and tested theories about how we think (in words or in pictures) and where these thoughts are located (hemisphere).

What form do your thoughts take inside your mind? Stop for a moment and try to determine how you think about concepts -- verbally or visually. Do you _think_ in terms of verbal concepts (things you can represent in your native language)? Or, do you _think_ in pictures and images and translate into verbal concepts before you can talk about something? The _way_ you think about things can tell you something about _where_ in the brain your thought processes are most likely to be centered. Individuals with a high number of connections between the two hemispheres (in the corpus callosum) may process thoughts equally in both hemispheres. Usually, however, one hemisphere or the other is dominant and thus plays a large role in determining the internal format of ones thoughts. (Read "Unicorns Are Real" or "Drawing On The Right Side Of The Brain" for a GOOD layman's explanation of these concepts.)

Individuals thought to be "left" dominant seem to think about things in terms of verbal concepts. Individuals thought to be "right" dominant seem to think in images which are then translated into verbal concepts (when necessary). Many individuals are able to flip between the two; some do it consciously but most make the switch unconsciously.

Individuals may be either predominantly "verbal," which means that their thought processes take place in the verbal domain, or they may be predominantly "visual," which means that their thought processes take place in the image domain and must be translated into words. Funny, but we don't usually think of difficulties in translating verbal thoughts into pictures as problems or disabilities ... our culture seems to say that's just the way things are unless you're supposed to be an artist.

When individuals talk about "visual" learners versus "spatial" learners it's important to find out how they are defining their terms. Many times, they're just repeating something they've heard but don't really understand or their child has been given a test which purports to measure "visual vs. spatial" learning styles. The experts I've consulted have expressed concerns over the use and misuse of these terms and tests since there is question as to whether or not these tests are measuring what they purport to measure and whether or not what is measured is "useful."

To me, the term "visual" learner means someone who learns well from stimuli presented to the visual perceptual channel. The person learns by looking. The stimuli is two dimensional, e.g. a book, a flat drawing, a video, or "watching" as an onlooker. As I understand things, the term "spatial" learner means "someone who learns well from stimuli presented in three dimensions." The presentation may be model which is handled and touched by the individual or it may be experiential, learning by doing (moving the body through space and time). Some individuals use "spatial" learner to mean an individual who learns better from diagrams and images than from the spoken or written word (verbal language).

There are lots of other "factors" which are taken into account when attempting to assess an individual's preferred learning style. Many of these "factors" are conscious, willful choices or preferences (note that the term preference is now used with a second meaning). Preferences may include: size and type of group, independent vs. dependent, discovery vs. didactic vs. Socratic teaching methods.

Learning styles assessments also take into account such environmental preferences as:

* lighting & noise levels (bright/dim, noisy/quiet, talk/music/silence)
* freedom of movement and type of study area (enclosed vs. wide open)
* freedom to decide when/where to learn/study (told vs. choose)
* temperature & air movement (warm/cold, breezy/still air)
* time of day (morning/afternoon/evening/late-night)
* food intake (eat during/before/after study time)

Just as it is rare to find someone who thinks totally in one form or another (verbal or image) so too it is rare to find someone who can only learn via one perceptual channel. By adulthood, most of us are a combination of learning styles and thinking styles. We have our preferences but we can usually "make-do" with the others. Some recent studies found that college students actually scored higher in coursework where the teacher's teaching style did not match the students' preferred learning style, e.g. the course was lecture based and the student preferred textbooks. This does not appear to hold in grades K-12; students in those grades appear to do best when the teaching method matches their preferred learning style. The match of learning style to teaching method is most important in the early grades and becomes less important as the student develops the ability to learn independently.

Our "preferences" usually arise from our strengths. Individuals who are primarily "verbal" thinkers tend to be able to convey their thoughts better and to better understand what is said/written -- because they are thinking in the same format as the mode of information transfer. Individuals who are primarily "image" thinkers must either convey their thoughts in images (e.g. drawing or painting or building models) OR they must translate their thoughts into verbal language ... with the risk that some concepts will not translate well. Our culture tends to overlook the inability of many verbal thinkers to draw well or conceptualize ideas in 3-D. Yet we denigrate those "spatial" or "image" thinkers who are "less" able to put their thoughts into complex verbal statements.

The terms "right brain" and "left brain" have come to be associated with "image" (spatial) thinkers and "verbal" thinkers because, in our western culture, verbal abilities (language acquisition) occur primarily in the left hemisphere of the brain and "spatial" (image) abilities occur primarily in the right hemisphere of the brain. There are other abilities, notably music and mathematics, which appear to be resident in the "right" side of the brain. Holistic or gestalt reasoning and problem solving
strategies seem to be used more frequently by individuals who exhibit other "right" brain characteristics. Linear or sequential reasoning and problem solving strategies seem to be used most frequently by individuals who exhibit strong tendencies to dominance by the left hemisphere.

It's all on a continuum. We are not either/or. Most of us can move from one thinking style (verbal/image) to another. Most of us can move from one learning style (visual/auditory/tactile/kinesthetic) to another. We can learn how to use one problem solving strategy or another (linear vs gestalt). But, we PREFER some ways and methods for thinking, learning,
and solving problems (or being creative) over other methods. Some of us make it through our entire lives believing that we CAN'T learn simply because we've never experienced learning and teaching in our preferred perceptual and thinking styles. Some of us think that, just because we learn better one way that we cannot learn via other channels or methods. Finally, some of us are not aware that there are both unconscious and conscious reasons for the styles of learning which seem most natural to us and which are most effective for us. We need to learn what our styles are and how to take advantage of our strengths.

Selengkapnya......

Foster Creative Problem-Solving


Although typically considered the domain of artists alone – and thus often considered expendable – creativity is a life skill. It involves the ability to see beyond what already exists - to imagine. And when one can imagine, one can envision possibilities and the solutions to problems.

Each of us solves many problems a day. It can be as simple as producing a decent meal from leftovers, or figuring out where to look for the answer to a question, to the more complex dilemma of balancing a budget, or salvaging lost data from a crashed computer system. For some of us, problem solving involves getting along with difficult coworkers or family members. For others it involves launching a spaceship or ridding the world of cancer.


Our children, of course, aren’t facing such problems yet. But they will one day, and unless they’ve had some practice, they’re not likely to suddenly acquire problem-solving skills as adults.

How do you provide practice in problem solving? There are actually multiple answers to that question!

True problem solving is the result of what’s called divergent production – the ability to find multiple solutions to a single challenge. Those who study creativity tell us that creative thinkers possess “ideational fluency,” which means they can produce numerous ideas. To help promote creative thinking in your child, when you’re doing chores or going for a walk or a drive together, make a game of trying to think of all the things that are round, for instance. Or in what ways are a cat and dog alike? What things move on wheels? Don’t make it a contest – just something fun to do that also happens to stimulate the mind.

And don’t forget the power of the question, “Can you find another way?” If, for example, your child is walking along a low balance beam, a curb, or the edge of a sandbox, acknowledge what you’ve seen. Then ask, “Besides walking, can you find another way to move along the beam in a forward direction?” Possibilities include scooting on the bottom, hopping, sliding on the tummy, and tiptoeing. Possibilities for getting from the front door to the mailbox include jumping, walking backward, dancing, and jogging. Possibilities for making a crooked shape are seemingly endless!

When you present your children with such challenges and validate all the different responses they offer, they become assured that there’s always going to be more than one way to meet a challenge. And as their confidence grows, they’re willing to take greater and greater creative risks.

Divergent – or creative – thinking isn’t essential to the arts only. We need creativity in science, medicine, technology, and education. And, as you can see from the examples given at the beginning of this column, creativity in everyday life comes in handy, too!


Selengkapnya......

Friday, January 25, 2008

Astronom Indonesia Temukan Planet Termuda


PARIS, KAMIS - Tim peneliti Institut Max Planck, Jerman, yang dipimpin astronom asal Indonesia, Johny Setiawan, kembali menemukan planet asing (ekstrasolar) yang mengelilingi bintang mirip Matahari.

Planet yang diberi nama TW Hya b mengelilingi bintang TW Hydrae di konstelasi Hydra yang berjarak 180 tahun cahaya dari Bumi. TW Hya b termasuk jenis planet gas raksasa berukuran antara 5,5 kali hingga 13,1 kali ukuran Planet Jupiter.

Planet tersebut mengorbit bintang induknya pada jarak 600.000 kilometer atau hanya 0,04 unit astronomi (jarak rata-rata Bumi dan Matahari). Karenanya, hanya dibutuhkan waktu 3,56 hari untuk satu kali mengelilinginya.


Penemuan ini tidak hanya menambah daftar panjang penemuan planet di luar tata surya kita, namun juga memberikan informasi baru mengenai proses pembentukan planet-planet.

Para astronom pada umumnya sepakat bahwa planet terbentuk sebagai akumulasi materi di cakram debu dan gas sebagai sisa pembentukan bintang yang mirip Matahari. Namun, selama ini, masih diperdebatkan berapa lama sebuah planet dapat terbentuk.

Termuda

Hasil pengematan terhadap planet-planet ekstrasolar yang sudah ditemukan menunjukkan tak ada satu pun planet yang lebih muda dari 100 juta tahun. Namun, TW Hya b berusia sangat muda antara 8-10 juta tahun. Bandingkan dengan Bumi yang diperkirakan seumur tata surya sekitar 4,5 miliar tahun, sedangkan Matahari 100 juta tahun lebih tua.

Hal ini menunjukkan bahwa planet-planet dapat terbentuk dalam waktu 10 juta tahun, sebelum cakram dicerai-beraikan angin dan radiasi bintang. Simpulan tersebut dilaporkan para peneliti dalam jurnal Nature edisi terbaru, Kamis (3/1).

"Penemuan tersebut memperlihatkan bahwa apa yang selama ini kita sebut cakram protoplanet sesungguhnya protoplanet itu sendiri," ujar Johny Setiawan yang juga pernah menemukan planet-planet ektrasolar sebelumnya.

Banyak cakram protoplanet yang terdeteksi keberadaannya di sekitar bintang muda. Namun, sejauh ini, belum ada planet yang diketahui berumur semuda TW Hya b.(AFP/Space.com/WAH)


Selengkapnya......